Sampai saat ini kompetisi sepakbola di Indonesia belum bisa menghasilkan seperti yang diinginkan, dikarenakan belum dapat menemukan Pemain handal sebagai modal untuk membentuk Kesebelasan Nasional tangguh yang disegani lawan bertandingnya.
Mengapa sampai terjadi seperti itu? hal itu lebih disebabkan karena selama ini kompetisi hanya diperlakukan tidak lebih sekadar melaksanakan kewajiban bagi Penyelenggara Kompetisi dan Klub peserta untuk mengikutinya serta hiburan yang menyenangkan bagi para penggemar sepakbola atau pendukung Klub Sepakbola masing-masing, itulah kenyataannya kompetisi dilakukan secara rutin disetiap tahun, ya seperti itulah atau belum lebih dari itu.
Memang selama ini sebelum dilaksanakan kompetisi profesional maupun amatir selalu diadakan terlebih dahulu semacam rangkaian kegiatan persiapan, yang menyangkut banyak hal seperti proses meneliti persyaratan administasi, memeriksa persyaratan teknis yang meliputi sarana fasilitas tempat pertandingan beserta sarana fasilitas pendukungnya, Workshop atau Tutorial bagi SDM Staf Administrasi, Panpel maupun Ofisial Tim dari semua Klub Peserta, Penyegaran Ofisial Pertandingan dan Pertemuan Manajer, serta Pertemuan Teknik setiap sebelum pertandingan dilaksanakan, kemudian dipertengahan dan setelah usai kompetisi dilakukan evaluasi. Itu semua sudah cukup baik tapi tampaknya masih belum cukup, karena itu semua diadakan hanya untuk sekedar memenuhi persyaratan administrasi maupun teknis sebuah kompetisi saja, sama sekali belum menyentuh substantif seperti misalnya bagaimana mendesain ulang kompetisi, agar memiliki bobot tinggi supaya dapat melahirkan Pemain bintang dan membentuk Timnas tangguh yang mampu berprestasi di arena pertandingan internasional.
Berkaitan dengan itu tampaknya perlu dilakukan berbagai pembenahan yang mendasar atas penyelenggaraan kompetisi, dengan mendisain ulang atau menata kembali kompetisi sepakbola yang mengutamakan tujuan untuk melahirkan Pemain berkelas Asia, membentuk Timnas yang disegani di Asia sebagai salah satu tim terkuat di Asia, yang dulu pernah dicapai oleh Timnas tahun lima puluhan sampai tahun tujuh puluhan dengan julukan salah satu tim macan Asia.
Kompetisi harus dijadikan soko guru atau tiang sendi pembinaan sepakbola nasional, yang bermuara membentuk Timnas yang kuat, oleh karena itu masyarakat sepakbola Indonesia harus bersama-sama membenahi kompetisi, dengan membuat desain kompetisi yang memadukan semua aspek pembinaan beserta pendukungnya, termasuk melakukan sentuhan sains sport dengan standar tinggi bila ingin berprestasi di tingkat Asia.
Salah satu yang harus menjadi perhatian untuk dibenahi segera adalah meniadakan kekisruhan yang kerap terjadi diseputar pelaksanaan pertandingan kompetisi, padahal selama ini sebelum kompetisi dimulai selalu diadakan terlebih dahulu Penyegaran Ofisial Pertandingan, seperti untuk Wasit, IW atau Penilai Wasit dan Pengawas Pertandingan, juga diadakan Workshop, Pertemuan Manajer maupun Pertemuan Teknik yang bertujuan untuk memperoleh keseragaman pengertian semua hal yang berhubungan dengan pertandingan, tetapi kenyataannya masih banyak terjadi kesalah pahaman di lapangan, pengingkaran kepada fair play dan lebih mengedepankan emosi yang akhirnya berujung pada pelanggaran disiplin.
Dikarenakan Pemain sering berlaku emosi, bermain kasar dan dan sering tidak mentaati keputusan Wasit, akibatnya adalah banyak Pemain yang tidak fokus pada permainan, prestasi menjadi tersingkir dengan sendirinya dari lapangan permainan, penampilan Pemain menjadi jarang menemukan bentuk permainan terbaiknya, otomatis kerjasama timpun menjadi terganggu atau kerjasama tim menjadi kerap dibawah standar seharusnya.
Untuk memperbaiki banyak hal, sebaiknya dimasa mendatang sebelum kompetisi perlu dilakukan pula sosialisasi tentang Peraturan Permainan maupun Peraturan Pertandingan kepada para Pemain, Ofisial dan Pengurus Klub Peserta disamping Penyegaran bagi Ofisial Pertandingan agar lebih berlaku adil ketika memimpin pertandingan, agar disaat bertanding bisa lebih mentaati peraturan dan mematuhi keputusan Wasit. Dengan tujuan agar para Pemain lebih fokus pada permainan sehingga bisa lebih meningkatkan prestasinya. sekaligus mengangkat Timnya masing-masing supaya bisa menjadi lebih kuat berkat adanya kekompakan bemain diantara Pemainnya.
Selain itu dimasa mendatang agar tujuan kompetisi bisa tercapai, maka 3 bulan sebelum kompetisi sebaiknya diadakan terlebih dahulu mengundang semua Pelatih Klub Peserta Kompetisi, untuk membahas standar Program Latihan yang setara diantara semua Klub Peserta Kompetisi, disamping mempunyai tujuan untuk membentuk tim yang kuat untuk mecapai prestasi setinggi-tingginya bagi setiap Klub Peserta, juga diharapkan semuanya memiliki kandungan Program menyiapkan calon Pemain nasional.
Kemudian disiapkan data base Pemain, jadi semua Pemain terutama Pemain Lokal yang memperkuat Klub masing-masing terdata dengan dalam sebuah data base, sehingga memudahkan didalam Pemantauan, Penjaringan dan Pemanduan Bakat Calon Pemain Nasional. Untuk keperluan itu disetiap kali pertandingan kompetisi harus ditugaskan personil anggota Grup Studi Teknik atau TSG, yang bekerja untuk membuat Laporan Pengamatan dan Analisa Pertandingan, sebagai bahan untuk Pengurus PSSI membuat Laporan Teknik Penyelenggaraan Kompetisi, serta hasil pemanduan bakat Pemain kepada Pengurus PSSI.
Dengan demikian selesai menyelenggarakan kompetisi disetiap tahun, hasilnya bukan saja melahirkan juara tetapi juga menghasilkan banyak hal seperti analisa dan evaluasi teknis untuk mengukur tingkat kemajuan yang dicapai, serta arahan perbaikan untuk lebih meningkatkan prestasi di musim kompetisi tahun berikutnya.
Jika berulang disetiap tahun cara kerja teratur seperti itu, melalui penyelenggaraan kompetisi yang bermutu maka niscaya kompetisi akan selalu bermuara dengan terpilihnya Pemain yang memiliki kelas tinggi dan memudahkan terbentuknya Timnas tangguh yang mampu menembus kebuntuan prestasi seperti selama ini.
Untuk mewujudkan kompetisi yang bermutu maka bobot Workshop atau Tutorial bagi Staf Adminitrasi, Ofisial Tim maupun Panpel Klub Peserta harus ditingkatkan pula dan waktu pelaksanaannya perlu diperpanjang harinya, karena bila hanya dilakukan sehari tidaklah cukup untuk bisa memahami materiyang diberikan, terutama untuk mendalami Organisasi Pertandingan (match organisation), Manajemen Event (Event Management), Pedoman Keamanan FIFA.
Untuk lebih baik didalam menerapkan Pedoman Keamanan FIFA, disamping Anggota Keamanan Panpel juga harus lebih jauh melibatkan Perwira Polisi Penanggung Jawab yang biasa bertugas dalam pertandingan kandang, untuk secara definitif sebagai Koordinator Keamanan Panpel, disertakan mengikuti Workshop terutama didalam pendalaman materi Keamanan dan Keselamatan Pada Pertandingan Sepakbola sebagaimana diatur dalam Pedoman Keamanan FIFA.
Dengan dilibatkannya menjadi Koordinator Keamanan Panpe, maka ia ikut bertanggug jawab sepenuhnya atas keamanan, ketertiban dan kelancaran penyelenggaraan pertandingan sebagaimana diatur dalam Pedoman Keamanan FIFA disamping berdasarkan Renpam yang dibuat pihak kepolisian yang dijadikan pedomannya, sehingga kedua pedoman tersebut bisa dipadukan dan selaras dengan Peraturan Pertandingan dan Peraturan Permainan yang berlaku.
Jangan seperti sekarang kesannya kedua pedoman itu seperti berjalan sendiri-sendiri, atau tidak selaras dengan ketentuan penyeleggaraan pertandingan sepakbola yang berlaku, sehingga sesekali suka terjadi hal yang bertentangan, seperti kasus pertandingan sepakbola yang dihentikan dan Wasit dimintai keterangan oleh pihak kepolisian.
Malah bila ada kericuhan dalam sebuah pertandingan, Polres suka memanggil Panpel begitu saja, padahal yang menjaga keamanan pertandingan adalah Polisi itu sendiri, kenapa begitu? kan tidak tepat, karena seharusnya Polres memanggil Perwira Polisi Penanggung Jawab Keamanan Pertandingan, bukan Panpel yang ditanyai seputar tentang keamanan pertandingan.
Koordinator Kelompok Suporter setiap Klub juga perlu disertakan dalam Workshop atau Tutorial yang sama disetiap tahun, sehingga lengkap, semua pihak yang terlibat dalam pertandingan kompetisi bisa duduk belajar dalam satu ruangan, untuk membahas seluruh masalah yang ada kaitannya dengan penyelenggaraan pertandingan kompetisi. Dengan demikian semua hal-hal yang tidak diinginkan seperti selama ini sering terjadi dapat dihilangkan atau diminimalisasi.
Jakarta, 2-4-2010.
M. Achwani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar