Senin, 28 Mei 2012

MENANGANI ORGANISASI DAN MEMBINA PEMAIN USIA DINI

PENDAHULUAN
Saat ini perkembangan Sepakbola Usia Dini (grassroots) di Indonesia sudah begitu pesat walau belum merata, daerah-daerah seperti Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat termasuk paling pesat perkembangannya, disusul daerah lainnya seperti Jawa Tengah, Jogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Riau, Sumatera Utara, NAD, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Papua dan lainnya.
Terbukti dengan banyak bermunculan kegiatan-kegiatan pertandingan Festival Sepakbola maupun Camp Pelatihan Sepakbola di berbagai daerah yang diperuntukan bagi Pemain Usia Dini yang tergabung dalam Sekolah Sepakbola (SSB), Akademi Sepakbola (AS) dan Perkumpulan Sepakbola (PS). Seperti Festival Sepakbola Usia Dini, Coaching Clinic, Festival Pelatihan Sepakbola Usia Dini (Grassroots Footbal Festival), yang diadakan oleh berbagai pihak baik yang diselenggarakan secara swadaya atau yang disponsori perusahaan multi nasional dan Klub-Klub Sepakbola besar dari Eropa maupun Amerika Latin.
Melihat perkembangan seperti itu tentu cara menangani organisasi dan membina Pemain Usia Dini tidak bisa lagi dengan cara tradisional atau seadanya, tetapi tentu harus dilakukan peningkatan didalam cara menangani organisasi dan membina Pemain Usia Dini, seperti memperkuat struktur dan SDM organisasi, memberikan dasar bermain sepakbola dengan baik dan benar, memilih dan memilah berbagai kegiatan bagi Pemain Usia Dini, peranan Pelatih sebagai pembimbing Pemain Usia Dini, Peranan Wasit sebagai pembimbing pada saat memimpin pertandingan Pemain Usia Dini dan memberikan bimbingan dari semua unsur atau tungkatan Pembina Sepakbola  yang diperlukan bagi Pemain Usia Dini.

MENANGANI ORGANISASI SEPAKBOLA PEMAIN USIA DINI 
Menangani organisasi sepakbola yang membina Pemain Usia Dini tidaklah sama dengan organisasi sepakbola yang membina Pemain Senior, menangani Pemain Usia Dini harus lebih hati-hati, memperlakukan mereka dengan penuh perhatian, karena mereka belum banyak tahu tentang sepakbola dan belum mandiri, sehingga harus lebih banyak dibimbing dalam memperkenalkan sepakbola keruang kehidupannya, sedangkan Pemain Senior sudah dewasa, sudah tahu banyak tentang sepakbola dan telah mandiri.
Didalam struktur organisasi sepakbola yang menangani pembinaan Pemain Usia Dini, baik dalam bentuk SSB, AS ataupun PS, biasa tercantum Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Pendidikan dan Latihan, Pertandingan, Perwasitan, Kesehatan, Promosi dan lainnya, tetapi mengingat melihat perkembangan sepakbola masa kini nampaknya harus ditambah dalam nomenklaturnya unsur-unsur dari berbagai disiplin ilmu seperti Psikologi, Nutrisi dan Gizi, Teknologi Infirmasi (IT), sains sport dan lainnya. Khusus untuk AS, disamping memiliki Program Latihan standar untuk mendidik Pemain, juga harus memiliki Program Pengembangan kemampuan Pelatih dan Wasit.
Untuk mengamati agar perkembangan mental dan kemajuan prestasinya seimbang, maka diperlukan pendekatan psikologis dengan membentuk semacam Bimbingan dan Konsultasi seperti di Sekolah Formal, termasuk untuk melakukan komunikasi dua arah (berdiskusi) dengan para orang tua Pemain, yang memiliki peranan penting didalam mendukung anak-anaknya menjadikan sepakbola sebagai pilihan hidupnya.
Pemantauan prestasi Pemain dilakukan dengan cara membuat data base (bank data), guna memudahkan bila hendak menelusuri rekam jejak kemajuan prestasi sejak memasuki SSB, atau AS atau juga PS. Setiap Pemain memiliki data pribadi sendiri-sendiri, untuk mengikuti perkembangan prestasi, kesehatan dan mentalnya selama menjadi Pemain di lingkungan SSB, AS atau PS masing-masing dan sampai melanjutkan ke jenjang pembinaan lebih lanjut, data base tersebut harus berlanjut juga dengan menyerahkan rekam jejak prestasi bersangkutan di tempat baru dimana ia bergabung.  . 
Berkaitan dengan itu, untuk memudahkan mengikuti perkembangan prestasi dan memilih Pemain-Pemain Sepakbola Usia Dini, Usia Muda atau Usia Senior untuk keperluan pembentukan Kesebelasan Nasional diberbagai jenjang, sebaiknya PSSI memiliki data base centre (Pusat/Bank Data Pemain Nasional), yang memiliki jaringan paling tidak ke semua Pengprov dan sebagian Pengcab, sehingga bila hendak membentuk Kesebelasan Nasional Usia Dini maupun Usia Muda, tidak perlu lagi repot-repot memanggil Pemain dengan cara menyeleksi Pemain ratusan hingga ribuan seperti yang pernah dilakukan sebelum ini, tetapi cukup menyeleksi berdasarkan data base dengan memanggil Pemain potensi untuk dipilih sesuai jumlah yang dibutuhkan .
Setiap organisasi sepakbola yang menangani pembinaan Pemain Usia Dini harus memiliki kemampuan didalam menyusun Program Kegiatan Pembinaan Pendukung yang selaras dengan Program Latihan yang disusun oleh Pelatihnya, dengan memprogramkan  atau mencarikan  Mitra Tanding dan Festival pilihan atau selektif disetiap tahunnya bagi SSB, AS atau PS masing-masing, idealnya bisa mencapai 25 kali bermain untuk setiap Pemain, untuk memberikan pengalaman bertanding, mematangkan dan meningkatkan kemampuan setiap Pemain.
Untuk mencapai sedikitnya 25 kali pertandingan, maka kegiatan mitra tanding dengan SSB lain misalnya dua kali sebulan, setiap tiga bulan melakukan mitra tanding bersama 3 atau 4 SSB secara simultan (segi tiga/segi empat). Kemudian mengikuti Festival Sepakbola Usia Dini sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun. Satu diantaranya mengikuti Festival dipertengahan tahun sebagai kegiatan tengah tahunan, untuk mengevaluasi dan menilai sejauh mana hasil pembinaan Pelatih terhadap anak didiknya selama enam bulan berjalan (semester pertama). Satu lagi mengikuti Festival di penghujung tahun sebagai kegiatan titik kulminasi pembinaan atau titik puncak pembinaan, untuk mengevaluasi dan menilai sejauh mana hasil pembinaan Pelatih terhadap anak didiknya selama setahun berjalan (semester kedua).
Khsusus untuk kegiatan di penghujung tahun, juga bisa dijadikan sebagai persiapan untuk menghadapi berbagai kegiatan seperti menghadapi seleksi Pemain Timnas Kelompok Usia, mengikuti Camp Latihan Sepakbola atau Coaching Clinic yang diadakan oleh Pemain maupun Klub Bintang Eropa atau Amerika Latin, menghadapi Festival Sepakbola yang diadakan berbagai pihak didalam maupun diluar negeri, termasuk yang diselenggarakan oleh beberapa Penerbitan Pers Nasional besar.

MEMBERIKAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA DENGAN BAIK DAN BENAR
Peranan Pembina yang menangani Pemain Usia Dini sangatlah penting dan tanggung jawabnyapun lebih besar dari Pembina Pemain Senior, karena di usia dini (golden age) adalah usia emas saat memulai berkenalan dengan sepakbola, sehingga para Pesepakbola anak-anak itu harus diberikan latihan dasar bermain sepakbola dengan baik dan benar.
Oleh karena itu tidak boleh salah saat memberikan latihan dasar bermain sepakbola kepada Pemain Usia Dini, karena kalau salah didalam memberikan contoh teknik dasar misalnya, kesalahan tersebut bisa terbawa terus sampai ia berusia dewasa atau bisa membuat yang bersangkutan tidak akan pernah berkembang menjadi Pemain berkelas.
Pemain Usia Dini harus mendapatkan ilmu dasar bermain sepakbola dengan baik dan benar, di tahap ini adalah saat yang menentukan untuk membangun fondasi menyiapkan masa depan sebagai Pesepakbola. Kalau yang bersangkutan ingin menjadi Pesepakbola berkelas, ia harus mendapat latihan sepakbola dengan baik dan benar dalam mengontrol, mengumpan, menanduk, menggiring, merebut dan menembak bola untuk Pemain lapangan. Dan untuk Penjaga Gawang, ia harus mendapat latihan baik dan benar dalam menangkap, mentip, meninju, memblok serta menendang bola.
Pembinaan Pemain Usia Dini merupakan periode basis pembinaan dasar yang sangat strategis, karena saat usia emas, 8 s/d 12 tahun, atau merupakan periodesasi pertama dalam sebuah rangkaian pembinaan selama 12 tahun, yang dijalani selama 3 periodesasi secara sistimatis, terarah, bertahap, berjenjang dan berkesinambungan dimana masing-masing periode berdurasi masing-masing 4 tahun.
Dalam periode pertama ini Pemain Usia Dini merupakan periode basis pembinaan dasar yang benar-benar sangat strategis, dimana mereka pertama kali diperkenalkan terhadap berbagai teknik dasar bermain sepakbola dengan baik dan benar, setahap demi setahap berbagai bentuk latihan diajarkan sesuai bobot dan porsi latihan bagi usianya, namun harus dikemas dengan cara menarik tetapi berbobot agar para Pemain dengan ceria, gembira dan senang hati (fun) dapat mengikuti latihan yang diberikan Pelatih dengan baik atau jangan sampai membosankan. Oleh karenanya para Pelatih Pemain usia Dini harus memiliki banyak bentuk dan variasi latihan disetiap jenis latihan yang diberikan kepada anak didiknya, dengan sasaran memberikan fondasi teknik bermain sepakbola yang kokoh bagi Pemain Usia Dini.
Dari sejak mula Pemain Usia Dini harus diberikan latihan dengan pendekatan ilmiah sederhana, misalnya Pelatih memberikan bentuk latihan secara komprehensif (menyeluruh) dengan memanfaatkan seluruh anggota tubuh dan tenaga yang bisa dipergunakan untuk bermain sepakbola (biomekanika). Seperti menendang disamping mempergunakan kaki kanan juga harus bisa menggunakan kaki kiri, begitu pula ketika menggiring bola atau menyetop bola bisa mempergunakan kaki kiri disamping kaki kanan, kemudian juga dengan mempergunakan kaki bagian dalam, luar dan atas (kura).
Bentuk latihan komprehensif itu termasuk dalam menerapkan bentuk latihan sesuai dengan semua hal yang terjadi di Lapangan, seperti banyak yang luput dilakukan Pelatih seperti bagaimana cara merebut bola atau kapan saatnya merebut bola. Juga lemparan kedalam perlu juga dilatihkan dalam sesi latihan tersendiri, akan banyak manfaatnya bila Pemain bisa melakukan lemparan kedalam Lapangan Permainan, terutama kalau dilakukan dari Garis Samping dekat daerah penalti lawan bisa membuat bahaya di daerah Gawang lawan sama seperti bola yang berasal dari tendangan sudut.

Semua bentuk latihan teknik dasar harus diberikan dengan baik dan benar menurut pedoman yang didapatkan Pelatih ketika mengikuti Kursus Pelatih (log book) untuk mendapatkan Lisensi Melatih sesuai tingkatannya. Setiap petunjuk dan peragaan materi latihan yang diberikan kepada Pemain dapat jelas dan mudah dimengerti, termasuk sebelumnya memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta sasaran yang diinginkan dari setiap sesi latihan yang diberikan.

Setiap selesai memberikan sesi latihan sebaiknya dilanjutkan dengan mitra latih (game) diantara anak didik, karena hal tersebut baik untuk Pemain Usia Dini untuk mempraktekan semua hasil latihan sebelumnya. Selanjutnya saat mitra latih berjalan seorang Pelatih agar memperhatikan apakah anak didiknya sudah benar mempraktekan hasil latihan atau belum?. Bila diketahui ada kesalahan pergerakan yang dibuat anak didik, segera stop sementara permainan! dan beritahu kekeliruannya dan berikan contoh bermain yang benar, juga bila ada Pemain yang bermain tidak fair harus diingatkan tidak boleh mengulangi berlaku seperti itu dan ingatkan harus selalu bermain fair.
Ciptakan dalam sesi mitra latih sebuah simulasi yang mirip bahkan lebih berat dari situasi sebenarnya saat bertanding, dengan menciptakan berbagai macam tekanan atau kesulitan yang harus dapat diatasi dan sekaligus harus mampu keluar dari tekanan, melalui transisi merubah dengan cepat dari formasi bertahan ke formasi penyerangan, atau sebaliknya ketika saat kehilangan bola dengan cepat melalui transisi merubah dari formasi menyerang menjadi formasi bertahan.

Dalam sesi mitra latih (game), tidak harus selalu menggunakan lahan Lapangan sesuai standar bagi Pemain Usia Dini, tetapi bisa diprogramkan Bermain Di Lahan Terbatas (small side game) alias bermain di ukuran Lapangan lebih kecil dari biasanya, karena program tersebut efektif membantu mengasah dan mempercepat meningkatkan kemampuan teknik dasar bermain sepakbola bagi Pemain Usia Dini, terutama dalam hal menggiring bola secara cepat melewati lawan bermain, kerjasama 1-2 sentuhan secara cepat dengan kawan bermain untuk melewati lawan bermain, malah bila menggunakan Gawang, bisa juga menjadi latihan kesigapan Penjaga Gawang.

Bermain Sepakbola Di Lahan Terbatas, memiliki derajat kesulitan lebih tinggi dibanding bermain di Lapangan luas, jumlah sentuhan bola jauh lebih banyak, semua Pemain aktif dalam permainan dan dalam tempo tinggi sehingga pergerakan Pemain lebih banyak pula. Pemain dibiasakan berfikir cepat atau mengambil keputusan lebih cepat dan bertindak cepat dengan demikian akan bisa menjadikan Pemain cekatan, lugas dan pandai membaca permainan ketika bermain sepakbola.
Untuk mendukung Program Latihan yang sistemik perlu dilakukan pendekatan berbagai pendekatan ilmiah berbagai disiplin ilmu seperti sains sport, medis, nutrisi dan gizi, psikologi termasuk bio mekanika perlu dimanfaatkan walau dalam cara sederhana sekalipun, dengan tujuan guna mendukung percepatan pencapaian pretasi bagi para Pemain Usia Dini. 
Secara Psikologi, Pelatih  atau Pembina lainnya selaiknya memahami bahwa Pemain Usia 10-12 Tahun, perlu mendapat perhatian dan pengakuan dari lingkungannya. Beri penghargaan dengan pujian bila mereka melakukan sesuatu dengan baik sesuai instruksi atau petunjuk Pelatih, tapi beri sanksi pula berupa peringatan secara mendidik bila mereka melalaikan instruksi atau petunjuk yang telah diberikan Pelatih.
Perhatikan juga Nutrisi dan Gizi dengan asupan dalam jumlah kalori cukup untuk mendukung aktivitas bermain sepakbola. Rekaman medis setiap anak didik termasuk yang perlu diperhatikan, apakah kesehatannya baik atau cukup kuat untuk mengikuti Program Latihan dan Program Pertandingan yang diikuti mereka.

BERBAGAI MACAM KEGIATAN BAGI PEMAIN USIA DINI (GRASSROOTS)  
Pembinaan Pemain Usia Dini yang dalam bahasa kerennya Grassroots, dalam bahasa Indonesia memiliki arti "Akar Rumput," atau dalam pengertian sepakbola berarti pembinaan sepakbola di tingkat paling dasar bagi Pemain Usia Dini, terutama untuk usia 12 tahun kebawah.
Kini banyak cara yang diperkenalkan untuk membina Pemain di segmen usia ini, seperti ada yang melakukan kegiatan bersama diantara 2 sampai 4 SSB berkumpul sehari di sebuah Lapangan untuk melakukan mitra latih, ada yang membuat Festival Sepakbola Usia Dini yang diselenggarakan swadaya ataupun yang diselenggarakan Penerbitan Pers Besar dan Perusahaan Multi Nasional, ada juga yang mengikuti Festival Sepakbola di Eropa. Selain itu ada yang membuat Coaching Clinic yang diikuti ratusan Pemain Cilik dalam durasi 1 sampai 2 jam dengan mendatangkan Coach ternama atau mantan Pemain sepakbola ternama dari Eropa atau Amerika Latin. Ada yang membuat Camp Pelatihan Sepakbola yang diikuti sejumlah Pesepakbola Anak-Anak Pilihan dalam beberapa hari kerjasama dengan Klub-Klub besar di Eropa, dilaksanakan baik di dalam maupun di luar negeri, dipandu Coach Klub bersangkutan. Ada pula yang melakukan Festival Pelatihan Sepakbola Usia Dini (Grassroots Football Festival).
Masih ada lagi yang lain, yaitu kegiatan Campfestival Sepakbola Usia Dini yang memadukan kegiatan pelatihan dan pertandingan secara komprehensif dalam waktu 4 har,i Berkemah-Bermain-Belajar-Berlatih-Berlomba-Bertanding untuk meningkatkan pretasi Pesepakbola usia Dini, diselenggarakan di penghujung tahun dengan maksud sebagai kegiatan titik kulminasi pembinaan, diikuti banyak SSB,  dengan berbagai kegiatan disatukan menjadi rangkaian kegiatan pembinaan yang terpadu, dimana sebelumnya dilakukan Seminar atau Workshop dan Refreshing bagi Pelatih bersama Ofisial dan Pengurus SSB peserta. Berbagai kegiatan selanjutnya adalah Coaching Clinic bagi Pemain, Pertandingan, Kontes Keterampilan Teknik Dasar Bermain Sepakbola, Lomba Bermain Sepakbola Di Lahan Terbatas (1-1, 2-2, 3-3), Diskusi Pelatih disetiap selesai bertanding, Pemutaran Film Teknik Dasar Bermain Sepakbola, Kuiz Pengetahuan Sepakbola dan Bazar Sport. 
Kegiatan semacam itu yang didesain oleh Manajemen Sport Utama (MSU) dan pernah diselenggarakan bersama Sekolah Sepakbola Bandung (SSBB), adalah kegiatan CAMPFESTIVAL SEPAKBOLA U12 ANTAR SSB TAHUN 2011 yang dilaksanakan pada tanggal 28-29-30-31 Desember 2011, bertempat di Bumi Perkemahan Kiara Payung Jatinangor Kabupaten Sumedang, diikuti oleh 32 SSB berasal dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah (sambil berlibur bersama keluarga bermain sepakbola), dengan sebuah ajakan MARI BERSAMA MEMAJUKAN SEPAKBOLA USIA DINI INDONESIA. Untuk tahun 2012 kegiatan tersebut akan diselenggarakan di tanggal dan tempat yang sama dengan diikuti oleh SSB sama pula.
Istilah Festival pada awalnya diperkenalkan istilah maupun programnya oleh FIFA (sebelumnya bernama Carnaval/Carnival), diperuntukan untuk kegiatan rangkaian pertandingan khusus 14 tahun kebawah dengan mempertemukan berbagai kelompok usia Pemain sampai 8 tahun kebawah, kalau untuk pertandingan sepakbola muda, 14 tahun keatas (youth) dan senior (dewasa) biasa disebut Kompetisi untuk pertandingan resmi dan Turnamen untuk pertandingan tidak resmi.
Dalam perkembangannya Pelatihan Sepakbola atau Coaching Clinic juga disebut FIFA Festival pula, seperti misalnya Pelatihan Sepakbola Usia Dini (Grassroots Football Festival), yang dilakukan dalam satu hari penuh disebuah Lapangan, dengan durasi 1 s/d 1 1/2 jam diikuti peserta perseorangan kemudian dibentuk kelompok-kelompok latihan sesuai usianya, dipandu oleh Pelatih Pendidik (Coach Educator), dimana dalam sesi terakhir dilakukan mitra latih antar kelompok sesuai usianya.

Rangkaian pertandingan yang disebut Festival, tidak mengenal istilah juara tetapi menyebut tim pemuncaknya sebagai Tim Terbaik,  atau dapat kita sebut Tim Terbaik Pertama dan seterusnya, atau bisa disusun urutan peringkatnya dari yang menduduki urutan kedudukan yang pertama hingga yang menduduki urutan kedudukan terakhir.

PERANAN PELATIH USIA DINI

Dalam kegiatan pembinaan Pemain Usia Dini, Pelatih dituntut senantiasa membangun suasana Ceria, gembira dan senang hati (fun), berikan dorongan agar Pemain Usia Dini bisa menjadi Pemain kreatif, jadi Pelatih sangat berperan didalam mendampingi, membimbing dan mengarahkan mereka seperlunya, selebihnya Pesepakbola Cilik itu harus diberi kebebasan atau keleluasaan untuk mengekspresikan diri dalam bermain sepakbola.
Arahkan anak didiknya supaya menjadi Pemain yang memiliki disiplin pribadi tinggi, berkarakter, memiliki keinginan kuat untuk menjadi Pesepakbola berprestasi, bersikap mandiri, menghargai dan menghormati orang lain, berperilaku sportif dan rajin berlatih sepakbola agar tercapai cita-citanya menggapai pretasi setinggi mungkin sebagai Pemain sepakbola berkelas.
Kemudian ketika mengikuti pertandingan, Pelatih sebaiknya tidak memberikan instruksi secara panjang lebar dan rumit tentang taktik strategi bermain sepakbola seperti untuk Pemain dewasa, Pelatih cukup memberikan instruksi sederhana atau pada garis besarnya saja, tetapi cukup jelas untuk dimengerti dan bisa dijalankan oleh para Pemainnya.
Dengan demikian Pemain diberi kebebasan mengembangkan permainan individu maupun kerjasama tim, didik mereka agar menjadi Pemain kritis, cerdas supaya mudah menyerap instruksi Pelatih baik pada saat latihan maupun pertandingan. Namun Pelatih juga perlu mengingatkan para Pemainnya disetiap pertandingan agar "selalu bermain untuk menang tetapi dengan cara sportif."
Selain memberikan instruksi sederhana dan jelas serta memberikan evaluasi maupun koreksi saat jeda kepada para Pemain, Pelatih memiliki peran sebagai pemberi semangat, mengingatkan para Pemainnya saat pertandingan bermain disiplin, sportif sesuai arahan yang diberikan sebelumnya, Pelatih tidak boleh berteriak-teriak kasar dalam memberikan instruksi apalagi marah marah terhadap Pemain Usia Dini.  
Pendidikan karakter bermain sepakbola dimulai saat usia dini, ia bisa tumbuh dan berkembang maju bila dimulai dengan diberikan kebebasan dan keleluasaan mengembangkan permainan sepakbola dari sejak awal. Tetapi bila sejak awal didikte harus menuruti saja apa kata Pelatih, maka dalam pertumbuhan selanjutnya akan menjadi Pemain tanpa karakter dan memiliki ketergantungan terhadap Pelatih atau tidak memiliki insiatif dan inovasi.

PERANAN WASIT YANG MEMIMPIN PERTANDINGAN USIA DINI 
Dalam Pembinaan Pemain Usia Dini, Wasit yang memimpin mitra latih, mitra tanding atau yang memimpin pertandingan Festival harus ikut membina dan membimbing para Pemain Usia Dini di Lapangan permainan, supaya mereka memahami dan mentaati Peraturan Permainan, tunduk kepada keputusan Wasit dan menghormati Pemain maupun Ofisial lawan bermain (respek terhadap lawan bermain).
Setiap ada pelanggaran yang dilakukan seorang Pemain terhadap Pemain lawannya, maka Wasit memberi tahu apa kesalahan yang diperbuat oleh yang bersangkutan, kemudian mengingatkan agar kesalahan tersebut tidak diulangi kembali, yang bersangkutan juga wajib menyalami Pemain lawannya atau menolong lawannya bangun bila terjatuh, baru setelah itu bola dimainkan kembali (play on).  
Wasit yang memimpin pertandingan juga harus mengingatkan kepada Pelatih, bila ada Pemain sebuat Tim diusir dari Lapangan permainan karena melakukan pelanggaran serius,  supaya menasihati Pemain bersangkutan selama menjalani sanksi 3 menit tidak boleh bermain. Dan sebelum Pemain tersebut kembali bermain, Wasit memastikan terlebih dahulu apakah Pelatih sudah memberikan nasihat kepada Pemain dimaksud?.
Disamping itu Wasit wajib memberikan Kartu Hijau kepada Pemain sportif, sebagai bentuk penghargaan atas perilaku sportif atau fair play yang diperlihatkan seorang Pemain, yang mentaati peraturan, mentaati keputusan Wasit, menghormati Pemain dan Ofisial Tim lawan bermainnya. Pemain yang mendapat Kartu Hijau adalah Pemain yang dengan kesadarannya sendiri menyesali atas perbuatan pelanggaran kecil yang tidak disengaja terhadap Pemain lawannya, kemudian dengan segera menyalami yang bersangkutan dalam kesempatan pertama, begitu juga menolong berdiri terhadap Pemain lawan yang terjatuh atau cedera, mensegerakan membuang bola keluar Lapangan permainan manakala diketahui lawan bertandingnya ada yang cedera, atau menenangkan kawannya bila terlihat emosional.
Wasit dapat pula memberikan Kartu Hijau terhadap Ofisial Tim seusai pertandingan, jika yang bersangkutan telah memperlihatkan sikap positif atau bersikap baik selama pertandingan berlangsung, Pemainnya tidak ada yang terkena Kartu Kuning apalagi Kartu Merah, berlaku tertib di Bangku Cadangan dan berperilaku sportif lainnya yang patut mendapat penghargaan.


BIMBINGAN SEMUA UNSUR PEMBINA SEPAKBOLA SANGAT DIPERLUKAN

Melihat perkembangan kegiatan sepakbola usia dini sampai dengan sekarang yang begitu pesat, tentu sangat memerlukan perhatian serta bimbingan semua unsur pembina sepakbola disemua tingkatan,  mulai dari yang paling tinggi sampai kebawah, seperti Pengurus PSSI, Pengprov, Pengcab, Klub. Selain itu dukungan diperlukan pula dari kalangan teknisi seperti Pelatih maupun Ofisial Pertandingan disemua tingkatan, untuk mendukung kegiatan pembinaan usia dini yang dilakukan oleh SSB, AS, PS ataupun Penyelengara Pertandingan Kelompok Usia Disemua Jenjang.  
Pesepakbola Cilik di USIA EMAS ini memerlukan penanganan yang lebih baik dari sekarang, karena saat ini umumnya masih hangat-hangat kuku, datang dan pergi atau muncul terus menghilang begitu saja berbagai kegitan latihan maupun pertandingan, sehingga sasaran yang diinginkan menjadi jauh dari harapan, disebabkan banyak yang tidak dilakukan secara teratur, terarah dan berkesinambungan. 
Oleh karena itu, supaya pembinaan sepakbola usia dini bisa menghasilkan Pemain berkelas masa depan juga bisa menghasilkan prestasi diberbagai kegiatan pertandingan internasional, maka Pembina Sepakbola Usia Dini harus memiliki tekad bersama untuk memajukan sepakbola usia dini Indonesia, dengan cara yang lebih baik dan teratur, dengan membuat program komprehensif (menyeluruh), terpadu atau terintegrasikan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta berkesinambungan, didukung sistim data base (sistim IT) Pemain, yang sangat penting sebagai dasar untuk mengembangkan dan memajukan sepakbola di Indonesia.

PENUTUP

Jadi begitu banyak cara untuk menangani, banyak pilihan untuk melakukan Pembinaan Pemain Usia Dini, atau seperti kata pepatah orang Romawi jaman baheula, "banyak jalan menuju Roma," hal itu berlaku pula untuk menjalankan kegiatan Pembinaan Pemain Usia Dini,.dalam hal ini kita semua yang peduli dan terpanggil tentu harus meningkatkan upaya pembinaan dengan berbagai cara memajukan sepakbola usia dini Indonesia. 
 
11-12-2011
M. Achwani

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar