MEMBANGUN SENTRA PEMBINAAN SEPAKBOLA
DI TANAH AIR
OLEH M. ACHWANI
OLEH M. ACHWANI
Sudah banyak orang membicarakan tentang sepakbola kita yang
belum maju, seperti mengkritisi masalah Pembinaan Usia muda, penyelenggaraan kompetisi
diberbagai jenjang, Timnas yang belum memperlihatkan
prestasi, atau kekurangan SDM yang dibutuhkan.
Para pelaku sepakbola yang merasakan sendiri kondisi saat
ini, berteriak tentang kurang pedulinya
PSSI terhadap Pembinaan Pemain Usia Muda yang dilakukan kalangan masyarakat, banyaknya
permasalahan timbul saat kompetisi hingga mengakibatkan Klub peserta dirugikan
karenanya, terbatasnya waktu pemusatan latihan Timnas akibatnya prestasipun
sulit diraih, kekurangan SDM yang dibutuhkan seperti Pelatih bersertifikat yang
memenuhi persyaratan, kurangnya Wasit yang mampu memimpin pertandinggan dengan
baik, dll. Tetapi sayangnya belum banyak orang bicara tentang berbagai cara untuk
memperbaiki keadaan sekarang secara terpadu dan terintegrasi untuk memajukan
sepakbola kita yang sudah lama terpuruk.
PSSI pun sebenarnya tidak berpangku tangan, banyak melakukan
berbagai upaya untuk memajukan sepakbola kendati hasilnya belum seperti yang diinginkan,
namun demikian tuntutan masyarakat penggemar sepakbola di tanah air inginnya juara
sekarang!. Tuntutan itu wajar mengingat sudah lama prestasi sepakbola Indonesia
tenggelam diantara negara lain yang prestasinya makin bersinar. Di tingkat
Asean saja Timnas kita belum berprestasi lagi, padahal masyarakat sudah lama
merindukan kebangkitan prestasi sepakbola yang dapat dibanggakan bangsa
Indonesia.
Berbagai upaya memang sudah dilakukan PSSI, diantaranya mengirimkan
Pemain muda berbakat untuk mengikuti Program “SAD” di Uruguay yang diharapkan
akan menjadi Pemain Timnas tangguh dimasa datang, kemudian juga mendirikan
School Excellent seperti “IFA (Indonesia Footbal Academi)” yang juga sebagai
tempat menempa Pemain muda berbakat dari seluruh Indonesia yang juga diharapkan
akan menjadi Pemain Timnas tangguh dimasa datang.
Namun selain kedua cara itu, Pembinaan Pemain Usia Muda
diseluruh tanah air harus lebih digalakan untuk menggali dan mendapatkan lebih
banyak Pemain Usia Muda berbakat, yang dapat dijadikan sebagai sumber
perekrutan Pemain Timnas kelak. Namun untuk mendapatkan hasil yang diinginkan,
Pembinaan Usia Muda yang dilaksanakan BPPUM (Badan Pembinaan dan Pengembangan
Usia Muda) PSSI, jangan menempatkan program yang dilakukannya sendiri itu
seakan berdiri sendiri (eksklusif), tetapi harus menempatkannya sebagai salah
satu bagian dari program terpadu dan terintegrasi dengan semua program
pembinaan dilingkungan dan diluar PSSI, yang muaranya sama untuk membentuk Timnas berbagai jenjang usia yang
dapat berprestasi di tingkat dunia.
Untuk memudahkan melakukan penggalian potensi Pemain muda
berbakat maupun Pemain senior menonjol dari seluruh Indonesia, maka perlu
dipertimbangkan untuk mengacu kembali ke PPSN (Pola Pembinaan Sepakbola
Nasional), P3I (Pola Pembinaan Persepakbolaan Indonesia) dan “Sentra Pembinaan”
tempat desentralisasi penggodogan Pemain muda berbakat untuk wilayahnya
masing-masing (agar tidak terpusat di Jakarta), sebagai bagian dari upaya pembentukan
Timnas kuat. Ketiga konsep itu masih relevan untuk diterapkan sekarang guna mengejar ketertinggalan prestasi sepakbola,
yang pelaksanaannya disesuaikan dengan perkembangan sepakbola modern seperti
sekarang.
PPSN yang dilahirkan semasa Ketua Umum PSSI dijabat Syarnoebi
Said (1981-1983), dapat dijadikan referensi pengorganisasian dan pengerahan
potensi sepakbola nasional. P3I yang
dilahirkan semasa Ketua Umum PSSI dijabat Kardono (1983-1991), dapat dijadikan
referensi pelaksanaan pembinaan prestasi.
Dan “Sentra Pembinaan” yang dicanangkan lebih dari tiga puluh tahun lalu dijadikan
sebagai basis pembinaan terpadu dan terintegrasi didalam melaksanakan upaya penyebaran
dan peningkatan prestasi sepakbola diseluruh wilayah NKRI.
Ketika awal kelahiran gagasan “Sentra Pembinaan,” disebut mulanya
ada 7 Kota “Sentra Pembinaan” yang terdiri dari Medan, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Makassar, Jayapura. Dan sekarang bisa ditambahkan dengan Kota
Palembang dan Samarinda sehingga menjadi 9 tempat, Kota-Kota yang disebut
sebagai “Sentra Pembinaan” itu memiliki catatan
prestasi sepakbola panjang, banyak menyumbangkan Pemain Timnas atau memiliki
Stadion bertaraf internasional, malah 5 diantaranya sudah mengukir prestasi
sepakbola sejak jaman Hindia Belanda.
Kalau dulu “Sentra Pembinaan” dibangun untuk memelihara dan meningkatkan prestasi lebih
tinggi lagi, karena saat itu kita masih disegani sebagai salah satu “Macan
Asia,” tapi sekarang berbeda “Sentra Pembinaan” dibangun untuk bangkit dari
keterpurukan yang sudah lama berlangsung.
AFC pun pernah mempresentasikan untuk membantu memajukan sepakbola Indonesia, melalui program “Vision Asia” yang
diterjemahkan PSSI menjadi “Vision Indonesia” yang mirip desentralisasi “Sentra
Pembinaan.” Tapi ada perbedaannya, sebab “Sentra Pembinaan” hanya mengarahkan
ke aspek pembinaan Pemain, tetapi “Vision Indonesia” tidak sekedar itu, lebih
menyeluruh ke aspek lain yang saling berkaitan dan saling mendukung seperti
aspek Pelatih, Medis, Administrasi, Kompetisi, Ofisial Pertandingan, Media, dll.
Model “Sentra Pembinaan” dimaksud harus lebih dikembangkan dan
disesuaikan perkembangan sepakbola modern, dimana disamping membina Pemain muda
berbakat juga membina dan meningkatkan kemampuan SDM para praktisi sepakbola. Jadi
sudah waktunya “Sentra Pembinaan” dibangun dan menjadi pilihan utama demi mengejar
ketertinggalan prestasi. Program PSSI yang lebih dulu dilaksanakan seperti
Program “SAD” ke Uruguay maupun “IFA,” harus dipadukan dan diintegrasikan
kedalam model pembinaan ini sehingga lebih mempercepat proses memajukan
sepakbola nasional.
Selain itu, dipadukan dan diintegrasikan pula dengan kegiatan
pembinaan PPLP (Pusat Pendidikan Latihan Pelajar) yang dilakukan Kemenpora. Kemudian
menyelaraskan dengan kegiatan pertandingan POPNAS-POPWIL-POPDA (Pekan Olahraga Pelajar
Nasional-Wilayah-Daerah), O2SN
(Olympiade Olahraga dan Seni Nasional) dilakukan Kemdiknas dan LPI (Liga Pendidikan
Nasional), serta berbagai pertandingan yang disponsori perusahaan multi
nasional seperti Danone, Yamaha atau yang kerjasama dengan Klub-Klub Eropa
seperti AC Milan, sebagai sumber perekrutan Pemain Usia Muda untuk dibina lebih
lanjut di diberbagai wilayah “Sentra Pembinaan” sesuai asal daerah Pemain yang
bersangkutan.
Agar pembinaan prestasi dan pembinaan organisasi yang
dilakukan PSSI dapat mencapai sasaran, maka para praktisi atau SDM yang
menangani pembinaan prestasi dan pembinaan organisasi juga harus ditingkatkan
kemampuannya. Jadi di “Sentra Pembinaan” bukan saja mendidik dan melatih
Pemain, tapi disana juga tempat mendidik dan melatih semua unsur praktisi
sepakbola (semacam Akademi), seperti Kursus Pelatih, Kursus Sport Medis, Kursus
Administrasi Sepakbola, Kursus Pengelola dan Pelaksana Kompetisi, Kursus Wasit,
IW dan Pengawas Pertandingan (Ofisial Pertandingan), Kursus Media, dll.
Untuk mewujudkan terbentuknya “Sentra Pembinaan” tentu PSSI
tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi harus bekerja sama dan harus
mendapatkan dukungan dari Kemenpora, Kemdiknas, Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Kota/Kabupaten setempat, Perguruan Tinggi setempat, Penyelenggara
LPI, Penyelenggara Danone, Yamaha dan Camp AC Milan, serta pihak lain seperti
Sponsor atau Instansi Sipil maupun TNI/POLRI yang bersedia mendukung
penyelenggaraan kegiatan “Sentra Pembinaan.”
(abdiachwani@yahoo.com -2752011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar